Oleh : Bahtiar
Suku Bugis, seperti suku bangsa lainnya di Indonesia, memiliki rumah adat yang khas. Bentuk rumah adat suku Bugis berbentuk panggung dengan tiang penyangga tertanam di tanah.
Bola dan Saoraja
Bola dalam bahasa Bugis berarti rumah dan terbuat dari papan dan kayu. Penamaan bola merujuk pada rumah yang ditempati rakyat biasa. Bagi kaum bangsawan dan keturunan raja, rumah mereka dinamakan saoraja atau sallasa.
Baik bola maupun saoraja memiliki bentuk hampir sama, yaitu persegi dan memanjang kearah belakang. Hanya saja ukuran saoraja lebih besar dibandingkan bola. Ini tentu saja berkait dengan fungsi sosial terutama menerima tamu dan pelaksanaan adat.
Bagian – Bagian Rumah Adat Suku Bugis
Bola dan saoraja, secara vertikal, dibagi atas tiga bagian. Kolong rumah atau dinamakan awa bola digunakan untuk berbagai keperluan. Misalnya menyimpan hewan ternak dan tempat penyimpanan berbagai alat pertanian dan alat berburu.
Bagian yang ditempati disebut alle bola. Di sini pun terbagi atas tiga bagian. Depan, tengah dan belakang. Bagian depan atau lotang risaliweng memiliki fungsi sosial. Di sanalah orang Bugis menerima tamu dan tempat persemayaman sementara mayat anggota keluarga sebelum dikuburkan.
Bagian tengah rumah atau lotang ritenggah adalah ruang privasi pemilik rumah. Disanalah kegiatan pribadi keluarga dilakukan termasuk penempatan ruang tidur.
Bagian belakang rumah atau lotang rilaleng adalah ruang belakang yang berfungsi sebagai dapur dan tempat makan. Disini juga ditempatkan kamar untuk anak gadis dan orang tua berusia lanjut.
Bagian atas rumah atau lakkeang digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil panen seperti padi dan jagung.
Adat dan Tradisi
Sebelum menempati rumah adat suku Bugis, dilakukan sejumlah tradisi. Misalnya melepaskan sepasang ayam jantan dan betina yang dilakukan kepala rumah tangga dan istrinya. Hal ini dimaksudkan sebagai penjaga rumah baru tersebut.
Selain itu dibagian atas rumah ditempatkan beberapa buah-buahan tertentu seperti setandan pisang, setandan kelapa, nanas, nangka, tebu dan buah-buahan manis lainnya. Ini dimaksudkan agar kehidupan kelak di dalam rumah baru tersebut terasa manis. Tamu yang datang akan disuguhi makanan khas yang serba manis seperti onde-onde (kelepon).
Terancam Punah
Seperti rumah adat suku bangsa lainnya, rumah adat suku Bugis pun kini seakan menuju titik akhir. Makin sedikit orang Bugis yang membuat rumah panggung. Mereka kini cenderung membuat rumah menempel ke tanah dan bertembok.
Bahkan rumah adat suku Bugis yang dibangun dulu kini mengalami modifikasi. Bagian kolong rumah kini ditembok dan ditinggali. Mungkin karena kebutuhan tempat tinggal atau akibat modernisasi.
Sumber : www://AnneAhira.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar